Senin, 25 Agustus 2008

Tambo Adaik Minangkabau (02)

Alam Minangkabau (02)
Written by Ibrahim Dt. Sangguno Dirajo
Saturday, 28 August 2004
IV. Penghulu Pertama

Lama pula antaranya orangpun bertambah ramai pula. Pada suatu hari bermusyawarah pula niniak Sri Maharajo dirajo dengan Datuak Suri Dirajo dan Cateri Bilang Pandai, serta segala orang banyak dari kampung Pariangan dan Padang Panjang di Balai Saruang tadi.
Musyawarah itu adalah untuk memilih orang yang akan memerintah dan menghukum dibawah raja.

Adapun orang yang akan ditanam jadi ketua adalah orang yang akan menjadi penghulu orang banyak itu, dengan fungsi antara lain :

Kusuik nan ka manyalasaian
Karuah nan ka manjaniahan
Sasek nan ka mahimbauan
Taluncua nan ka maheloan

Itulah orang yang akan memimpin orang banyak, dibawah niniak Sri Maharajo dirajo.
Didalam permusyawaratan itu dicapai kata sepakat yakni akan menanam dua orang ketua, seorang di Pariangan dan seorang di Padang Panjang. Hasil kesepakatan itu dikembalikan ke kepada niniak Sri Maharajo dirajo dan beliau menyetujui.
Pada kesempatan itu Datuak Suri Dirajo bertitah "Berbahagialah kamu sekalian, telah sama sama sepakat untuk menanam dua orang ketua yang akan menjadi penghulu oleh kamu sekalian. Apa nama pangilan dan apa nama pangkatnya bagi keduanya ?"

Mendengar titah Datuak Suri Dirajo itu, tidak ada yang dapat menjawab sebab belum ada kata mupakat tentang itu. Sekalian orang banyak itu memohon kepada niniak Sri Maharajo dirajo untuk kembali bermusyawarah untuk menetapkan apa nama panggilan dan pangkat bagi keduanya tadi.
Tetapi setelah beberapa saat lamanya mereka duduk timbang menimbang, hasilnya nihil sama sekali. Akhirnya sekalian orang banyak itu memulangkan kata kepada niniak Sri Maharajo dirajo.
"Telah puas kami bersama sama mencari nama pangkat dan nama pangilan bagi ketua kami, namun tidak dapat oleh kami, melainkan sebuah kata ketua saja. Oleh sebab itu kami serahkan saja kepada Tuanku semua, apa yang baik bagi Tuanku, kami akan menurut saja."

Setelah itu bertitahlah niniak Sri Maharajo dirajo kepada sekalian orang banyak itu : "Adapun orang akan kita jadikan ketua itu tentulah akan dipilih dari kita yang hadir disini, yaitu orang yang lebih pandai dan baik tingkah lakunya. Sebab orang itu, pergi tempat kita bertanya, pulang tempat kita beberita. Orang itulah yang akan memelihara buruk baiknya kita sekalian, tempat kita mengadukan segala hal yang baik dan buruk.

Orang itu yang akan menimbang mudharat dan manfaat diatas kita sekalian serta menghukum barang sesuatunya buruk dan baik.
Oleh sebab itu sepanjang pendapat hamba, patutlah kita muliakan benar orang itu dengan semulia mulianya daripada kita yang banyak ini. Kita tuakan orang itu dengan kata mupakat bersama dan tuanya kita samakan dengan orangtua niniak mamak kita yaitu 'datuak' namanya. Dengan demikian kepadanya kita panggil Datuak meskipun umurnya lebih muda daripada kita.
Kita wajib menghormatinya, apa titahnya kita junjung, apa perintahnya kita turut, agar sentosa kita dari marabahaya selama hidup didunia ini. Jikalau kita tidak bertindak dan tiada turut menurut, niscaya tiadalah kita mendapat keselamatan"

Mendengar penitahan niniak Sri Maharajo dirajo itu, senanglah hati sekalian orang banyak itu. Panggilan Datuak sampai sekarang tidak berubah. Itulah asal mulanya maka segala penghulu itu dipanggil Datuak dan disebut orang juga niniak mamak, niniak daripada mamaknya orang banyak. Setelah putus kata mupakat, diadakan helat jamu di kampung Pariangan dan Padang Panjang.

Pada masa itu ditetapkan kedua penghulu tadi seorang di Pariangan bergelar Datuak Bandaro Kayo dan seorang lagi di Padang Panjang bergelar Datuak Maharajo Gadang. Itulah penghulu pertama yang ada dipulau andalas ini, yang disebut juga pulau Perca.

Adapun Datuak Suri Dirajo bukanlah penghulu yang diangkat orang, beliau diberi nama seperti itu hanya karena beliau berkarib dengan raja. Beliau dipanggil datuak karena tuanya saja, dan lagi beliau adalah orang cerdik pandai, lubuk akal lautan budi, tempat orang berguru dan bertanya pada waktu itu di Pariangan Padang Panjang, serta menjadi guru oleh niniak Sri Maharajo dirajo.

Dengan bertambah ramainya orang di Pariangan dan Padang Panjang, oleh niniak Sri Maharajo dirajo dengan mupakat segala isi kampung diberi nama Nagari Pariangan Padang Panjang. Sampai saat ini nama itu tidak pernah dirubah orang dan itulah nagari tertua di pulau Andalas ini.
Dari pernikahan niniak Sri Maharajo dirajo dengan adik datuak Suri Dirajo yang bernama Tuan Putri Indah Jalia, lahirlah seorang yang bernama Sutan Paduko Gadang.


Di download dari : www.cimbuak.net
Disadur oleh: Dewis Natra
Sumber : Buku Curaian Adat Minangkabau
Penerbit : Kristal Multimedia Bukittinggi
Written by Ibrahim Dt. Sangguno Dirajo
Friday, 06 August 2004
(ARA st Rangakayomulia; bbrp kalimat, nama tempat dan nama orang diganti dengan bahasa minang)


Kamis, 21 Agustus 2008

ANALOGI PUASA

email dari sdr LILIS admkcbg_ygy@bukopin.co.id di milis syiar islam
terima kasih atas kirimannya ya....

----- Original Message ----- From: Adi Wisaksono
Sent: Wednesday, August 13, 2008 6:37 AM
Subject: ANALOGI PUASA - Analogie s PostemANALOGI PUASA -
Analogie s Postem Aug 5, '08 10:27 AM
for everyone

Tadi pagi selepas Sholat Subuh, saya bertemu dengan seorang Bapak (sebut saja Beliau). Dari sejak azan Subuh ketika saya datang ke mesjid, Beliau selalu duduk di pojokkan saf kedua dan tampak khusu' berdoa.

Setelah selesai Sholat, beliau tetap berada di tempatnya dengan terdiam dan tampak sedang bertafakur. Ketika saya sedang menuju ke bawah (mesjid kami 2 tingkat dimana tingkat dua dipakai untuk ibadah sholat sementara bagian bawah untuk pengajian anak-anak (TPA)), ada suara yang memanggil saya, "Dik sebentar dik!". Saya terkejut dan mencari suara itu datangnya darimana. Ternyata Beliau yang memanggil saya. Kemudian saya menghampirinya. "Ada apa, Pak?"Beliau menjawab,"Boleh mengganggu sebentar". Jawab saya,"Oh tidak apa-apa lagipula ini masih pagi dan masih ada waktu untuk ngobrol-ngobrol" . Akhirnya mengucapkan terima kasih atas berkenannya saya untuk menemaninya ngobrol."Tahu ga dik? Saya tahu adik dari tadi selalu memperhatikan saya sejak masuk mesjid sampai selesai sholat tadi" kata Beliau. Terkejut saya mendengarnya karena perasaan saya, Beliau dari awal sampai akhir selalu menunduk dan dengan khusu'nya berdoa tapi kok tahu saya memperhatikannya. "Kok Bapak tahu sih?" kata saya. Beliau tidak menjawab tetapi hanya tersenyum. Kemudian Beliau memperkenalkan diri dan namanya sama dengan sahabat Rasul SAW yang menjadi Khalifah ke-dua pada jaman setelah Rasul SAW wafat. Beliau juga bertanya nama, alamat dan sudah berapa saya tinggal.Setelah bicara kesana kemari, Beliau bertanya,"Kapan mulai Puasa Ramadhan?". Jawab saya " Ya tinggal sekitar 1 bulan lagi pak". "Alhamdulillah" jawab Beliau. "Bagaimana puasa ramadhan tahun lalu dik? Lancar?" tanya Beliau. " Puasa Ramadhan tahun lalu saya tidak mendapatkan apa-apa Pak selain lapar dan haus", jawab saya dengan polosnya."Jarang saya mendapatkan jawaban seperti ini dik" kata Beliau. Kok bisa sih apa ada yang aneh dalam hati saya. Kata Beliau banyak orang yang belum bisa menjawab apabila ada pertanyaan seperti itu. Setelah itu Beliau dengan lancarnya menjelaskan tentang analogi puasa. Nah ini cerita serunya (pikir saya saat itu)Beliau menganalogikan antara puasa dengan Pesta Olahraga seperti Olimpiade, Asian Games, Sea Games, Piala Dunia, Euro sampai Piala Thomas-Uber dan lain-lain. Beliau menjelaskannya seperti ini:1 Puasa dan Pesta Olahraga pada akhir/ujungnya yang ingin dicapai adalah prestasi. Prestasi dalam olahraga adalah medali (emas,perak dan perunggu), Piala Kejuaraan dan lain-lain. Kalau puasa adalah diterimanya puasa oleh Allah secara utuh tanpa ada yang kurang maupun lebih (maaf saya kurang bisa menjelaskan dengan dalil-dalil dalam Qur'an dan Hadist seperti Beliau jelaskan kepada saya). 2. Bagaimana prestasi dapat diraih dengan hasil yang luar biasa? Prestasi diperoleh dengan latihan/kerja keras dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan sampai pada hari H (hari pertandingan) Kalau kita latihannya benar dan mengikuti apa yang telah diprogramkan seperti atlet Cina, Rusia dan Amerika Serikat dengan program yang terstruktur maka tidak heran mereka selalu menjadi nomor satu (wahid). Puasa pun juga begitu, selama 11 bulan sebelum Puasa Ramadhan seharusnya kita latih tanding dengan melakukan puasa Senin-Kamis, puasa Nabi Daud, Puasa Muharram dan lain-lain sehingga ketika pada hari H-nya (bulan Ramadhan) kita akan mendapatkan prestasi yang paling baik dihadapan Allah SWT.3. Prestasi selama pertandingan juga bisa diperoleh dengan konsentrasi. Nah ini yang kadang-kadang atlet sering blunder yang harusnya dapat emas malah hanya dapat perak atau perunggu atau tidak mendapatkan apa-apa. Puasa pun demikian, konsentrasi kita harus dimulai dari sahur sampai azan maghrib, biasanya yang mengakibatkan konsentrasi puasa kita buyar adalah saat terakhir yaitu menjelang berbuka. Coba kita jujur dengan sendiri, saking sudah laparnya akhirnya kadang-kadang kita selalu lihat jam, bernafsu ingin beli makanan ini itu, dan kadang-kadang nungguin makanan di meja makan. Padahal Rasul mencontohkan kita untuk berbuka dengan teh manis dan tiga butir korma. Perkataan beliau membuat pikiran saya ke pertandingan Piala Champion MU VS Munchen tahun 1999, dimana menit terakhir pada kedudukan 1-1 Ole Gunnar Solkjaer membobol gawang Kahn. Gol itulah memupuskan harapan Munchen menjadi juara karena kurang konsentrasinya pemain-pemain Munchen pada menit-menit terakhir. Hahahahaha kayak pengamat bola aja.4. Prestasi itu diperoleh melalui kerja keras, latih tanding dan disiplin. Fokusnya adalah ke pertandingan yang sebenarnya dan tidak memikirkan lagi hal-hal yang remeh temeh karena sudah direncanakan secara matang. Itulah gunannya perencanaan yang sistematis menurut versi Beliau. Puasa Ramadhanpun demikian. Beliau menjelaskan bagaimana puasa hanya dijadikan ajang untuk mengumbar umbar uang (coba dipikir besaran mana pengeluaran selama bulan puasa atau bukan bulan puasa), yang dipikirkan THR, jarang orang bisa beritikaf di mesjid selama 10 hari terakhir karena semua berkonsentrasi mencari uang untuk lebaran (jadi selama 11 bulan ngapain kata Beliau, wah dalam hati saya berat nih karena kebutuhan dan pendapatan tidak seimbang tiap bulannya tapi boleh juga kalau ga dicoba khan ga pernah tahu) Saya berpikir bisa, bagaimana kalau tiap hari saya masukkan ke celengan rata-rata Rp 20 ribu-30 ribu tanpa pernah saya colek-colek tuh celengan sampai bulan Ramadan kalau dihitung bisa mencapai Rp 6-7 juta. Wah benar juga tuh Bapak. Istilah Beliau mengenai puasa bulan Ramadhan bagi orang jaman sekarang : 10 hari pertama ramai di mesjid, 10 hari kedua ramai di mall-mall/pusat perbelanjaan dan 10 hari terakhir ramai di terminal/stasiun/ bandara (yang seharusnya bulan penuh rahmat, penuh pengampunan dan menjauhkan kita dari api neraka)5. Yang lebih penting lagi, prestasi dapat diperoleh dengan dukungan dan doa dari orang tua, saudara, teman sampai Presiden seperti atlet Indonesia yang mau ke Olimpiade Beijing mohon doa restu dan pamitan dengan Presiden SBY dengan harapan mendapatkan prestasi yang terbaik. Puasa pun juga demikian, sebelum puasa Ramadhan, kita berziarah ke makam orang tua kita yang telah meninggal atau berkunjung ke orang tua yang masih hidup, saudara, teman, dan tetangga disekitar lingkungan kita untuk memohonkan maaf atas kesalahan kita selama 11 bulan, mohon doa restu agar dimudahkan ibadah kita selama bulan puasa karena makin banyak orang yang mendoakan kita makin makbul ibadah kita sehingga dapat diterima Allah SWT.(Sirothol mustaqim - jalan lurus/jalan tol)6. Jadi kalau sudah prestasi dicapai orang tidak perlu bertanya-tanya lagi karena sudah tersiar di koran-koran, majalah, radio, tv dan internet serta ditambah hadiah dari mana-mana. Semua orang bangga dengan prestasi kita terutama orang tua, orang-orang terdekat sampai Presiden karena membawa nama baik bangsa dan negara. Sama dengan puasa ketika prestasi puasa kita dijalankan dengan baik sesuai dengan Standar Operation Procedur (SOP) dari Allah SWT maka tampak dari penampilan, tingkah laku, amal perbuatan dan rejeki akan selalu mengalir. Jadi kalau ditanya oleh orang tua ataupun orang lain, bagaimana puasa Ramadhan kemarin atau apa yang didapat selama bulan puasa Ramadhan maka kita bercerita dengan lancar, gembira, panjang lebar karena kita telah mendapatkan puncak prestasi tertinggi dari Allah SWT.Itulah penjelasan Beliau tentang analogi Puasa Ramadhan. Persis jam 6.30 pagi saya pamitan dan saya katakan nanti saya kembali lagi karena mau pesan kopi dan makanan kecil. Tidak enak dan nikmat ngobrol tanpa kopi dan pisang goreng hehehehe. Sekitar 30 menit kemudian saya kembali lagi ke mesjid dengan harapan akan dapat ilmu pengetahuan dan pengalaman dari Beliau dan sayang untuk dilewatkan. Ternyata beliau sudah tidak ada di tempat ketika saya tanyakan ke penjaga mesjid tentang Beliau. Penjaga mesjid mengatakan sejak selesai subuh tadi mesjid kosong tidak ada siapa-siapa. Lho kok begitu khan dari subuh saya ngobrol dengan seorang Bapak sambil menyebutkan ciri-cirinya. Apakah penjaga tadi tidak mendengar suara kami berbicara. Penjaga mesjid mengatakan tidak mendengar apa-apa dan juga tidak tidur dari subuh serta selalu membersihkan lantai dua setiap selesai sholat subuh. Aneh. Jadi sejak subuh tadi saya berdiskusi dengan siapa. Manusia atau makhluk gaib. Dalam hati masa bodo lah tetapi saya bersyukur mendapatkan ilmu tentang puasa dan dapat menambah wawasan pikiran tentang agama yang saya anut. Begitulah ceritanya dan mudah-mudahan mendapatkan manfaat dari cerita ini.Walaupun masih terlalu dini saya juga ingin mengucapkan " SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA BULAN RAMADHAN DAN MOHON MAAF LAHIR BATIN ATAS KESALAHAN SAYA BAIK TULISAN MAUPUN KOMENTAR YANG DIBERIKAN KEPADA TEMAN-TEMAN "

Rabu, 13 Agustus 2008

Senin, 11 Agustus 2008

tambo adaik minangkabau 01

Alam Minangkabau (01)

Di download dari : www.cimbuak.net
Disadur oleh: Dewis Natra
Sumber : Buku Curaian Adat Minangkabau
Penerbit : Kristal Multimedia Bukittinggi
Written by Ibrahim Dt. Sangguno Dirajo
Friday, 06 August 2004
(ARA st Rangakayomulia; bbrp kalimat, nama tempat dan nama orang diganti dengan bahasa minang)

Dewasa ini sangat minim sekali informasi mengenai adat yang kita dapati, seringkali kita mendengar Tambo alam Minangkabau, tapi kita tidak tahu seperti apa isi tambo itu sebenarnya. Begitu juga dengan adat Minangkabau seperti apa adat tersebut. Mulai dari tulisan ini kami dari admin akan memuat tulisan dari Ibrahim Dt. Sangguno Dirajo dalam bukunya Curaian Adat Minangkabau. Serta ucapan terimakasih kepada penerbit Kristal Multimedia Bukittinggi yang telah berkenan memberi ijin untuk menyadur isi buku tersebut.
Sedikit tentang penulis Ibrahim dilahirkan di sungayang Sumatera Barat pada tahun 1958.

Pendidikan dimulai di Sekolah Government di Batusangkar, tamat tahun 1968. Pada tahun 1970 beliau menjadi juru tulis Tuanku Titah di Sungai Tarab. Tuangku ini ahli dibidang adat Minangkabau. Maka saat itu beliau tertarik dan memperdalam pengetahuan dibidang Adat Minangkabau sehingga beliau diangkat menjadi Penghulu Andiko pada tahun 1913 dengan gelar datuak Sangguno Dirajo.
Dalam tulisan alam Minangkabau akan dimuat berseri. Semoga hal ini bermanfaat bagi pembaca.
I. Pulau Andalas
Menurut bunyi Tambo Alam Minangkabau, adapun orang yang pertama datang mendiami pulau andalas adalah niniak kita Sri Maharajo Dirajo namanya.
Beliau datang datang kemari dari tanah besar Voor Indie, tanah Rum kata orang tua tua, dan beliau kesini bersama dengan ke enambelas orang laki laki perempuan dari kasta Cateri. Selain itu dibawanya juga Kucing Hitam, Harimau Campo, Kambing Hutan dan Anjing Mu’alam.

Dikatakan Kucing Hitam, Harimau Campo dan lain lainnya itu, sekali kali bukanlah bangsa binatang, tetapi manusia biasa juga. Mereka dijuluki dengan nama nama seperti itu sesuai dengan tingkah laku dan perangai mereka. Semuanya perempuan dan dipelihara oleh niniak Maharajo dirajo seperti memelihara anaknya sendiri.

Niniak Sri Maharajo dirajo berlayar dari tanah besar itu dengan sebuah perahu kayu jati. Mula mula mereka berlayar melalui pulau Jawa yang saat itu belum terlihat tanah pulau Jawa itu. Yang tampak hanya puncak gunung Serang dan dipulau itu perahu beliau tertumpuk batu karang sehingga mengalami kerusakan dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Pada saat itu menitahlah niniak Sri Maharajo dirajo kepada mereka yang berada diatas kapal itu "Barangsiapa yang dapat memperbaiki kapal ini seperti sediakala, akan hamba ambil sebagai menantu"
Mendengar titah itu beberapa cerdik pandai segera berunding, mencari akal agar dapat memperbaiki perahu itu. Maka dengan karunia Allah, maka lima orang tukang segera bekerja dan kapal itu dapat diperbaiki kembali. Sri Maharaja merasa senang dan suka hati serta memuji kepandaian para tukang tersebut.

Kemudian perjalanan dilanjutkan sampai pada suatu kektika mereka melihat sebuah gosong tersembunyi di dalam laut. Tergilang gilang kelihatan dari jauh kira kira sebesar telur ayam, hilang timbul dilamun ombak.
Setelah sampai disitu kiranya ada tanah lebar dengan datarannya, berlabuhlah niniak Sri Maharajo dirajo diatas gosong itu. Gosong itu adalah puncak gunung merapi yang sekarang ini. Disanalah berdiam niniak Sri Maharajo dirajo bersama dengan para pengikutnya. Itulah niniak kita yang mula mula mendiami pulau Andalas ini, hingga menjadi juga oleh yang tua tua dengan memakai pantun ibarat :

Dima mulonyo tabik palito
Dibaliak tanglun barapi
Dima mulonya niniak kito
Iolah di puncak gunuang Marapi


Kata orang yang menceritakan, tatkala niniak Sri Maharajo dirajo berada di puncak gunung Merapi itu beliau berdo'a supaya disusutkan air laut.
Dengan karunia Tuhan air laut semakin hari semakin susut juga dan bertambah lebar tanah daratan sehingga nyatalah tempat tempat itu adanya diatas gunung yang sangat besar.Kata sahibulhikayat, takkala beliau masih berdiam dipuncak gunung itu, dengan takdir Tuhan orang orang yang bernama Kucing hitam, Harimau campo, Kambing hutan dan Anjing Muk Alam masing masing melahirkan seorang anak perempuan. Begitu pula istri Niniak Sri Maharajo dirajo melahirkan seorang anak perempuan pula. Sekalian semua anak itu dipelihara oleh niniak Sri Maharajo dirajo dengan kasih sayang yang tiada dibedakan. Kemudian kelak setelah anak anak itu besar, mereka dinikahkan dengan 5 tukang yang memperbaiki kapal tadi.

II. Galundi Nan Baselo dan Guguak Ampang
Setelah beberapa lama mereka berdiam dipuncak gunung itu, air laut sudah berangsur susut juga dan bertambah besar juga tanah daratan, maka sekalian orang itu berpindah kesebuah lekung dipinggang gunung Merapi itu.
Oleh Sri Maharajo dirajo tempat itu diberi nama Labuhan Sitembaga. Disitulah pada masa dahulu ada Sirangkak nan Badangkang. Disitu pula untuk pertama kalinya orang menggali sumur untuk tempat mandi dan tempat mengambil air minum, karena disekitar tidak ada air tawar, yang ada hanya air laut.
Selanjutnya mereka membuat sepiring sawah bernama sawah satampang baniah. Disebut setampang benih karena dengan padi yang setampang itu sudah mencukupi untuk makan orang disaat itu, karena mereka belum banyak. Padi itu pula menjadi asal padi yang ada sekarang. Sepanjang cerita orang tua tua.
Lama kelamaan tumbuh pula Lagundi nan Baselo, air laut bertambah susut juga dan daratan bertambah luas, maka Cateri Bilang Pandai mencari tanah yang lebih baik untuk mereka huni.
Ditemukan sebuah guguk disebelah kanan dari Lagundi nan Baselo tadi, dan sekalian orang yang berada di Lagundi nan Baselo berpindah ke ketempat baru itu. Tempat itu diberi nama oleh niniak Sri Maharajo dirajo serta Cateri Bilang Pandai dengan nama Guguak Ampang.

III. Nagari Pariangan dan Padang Panjang
Tidak berapa lama antaranya, orang orang yang menetap di Guguak Ampang berpindah pula dengan membuat setumpak tanah yang datar di baruh Guguak Ampang itu.
Tanah disini lebih baik daripada tanah di Ampang Gadang. Mereka pun berbondong bondong membuat tempat tinggal ditempat yang baru ini dan oleh niniak Sri Maharajo dirajo beserta Cateri Bilang Pandai tempat ini diberi nama Perhurungan. Guguak Ampang tadi pada saat ini bernama kampung Guguak Ateh. Lama kelamaan orangpun bertambah kembang juga, dan kampung Perhurungan bertambah maju. Orang semakin hari semakin riang pula.
Atas prakarsa niniak Sri Maharajo dirajo beserta cerdik pandai masa itu, dibuat semacam permainan anak negeri seperti Pencak Silat, Tari Payung dan bermacam peralatan untuk gong dan talempong, gendang, serunai rabab, kecapi dan lain lain sehingga menjadikan orang bertambah riang juga disetiap waktu.
Suasana masyarakat yang selalu dalam keadaan riang itu, menimbulkan keinginan dari niniak Sri Maharajo dirajo dan Cateri Bilang Pandai untuk menganti nama kampung menjadi Pariangan.
Kemudian karena bertambah kembang juga, seorang hulubalang niniak Sri Maharajo dirajo pergi membuat tempat tinggal dekat sebuah batu besar disuatu tanah disebelah kanan pariangan. Karena tempat itu baik pula, berdatangan orang pariangan membuat tempat tinggal disitu.
Lama kelamaan tempat itu menjadi sebuah kampung yang ramai pula. Oleh Cateri Bilang Pandai kampung itu diberi nama Padang Panjang. Sebab yang pertama sekali menemukan daerah itu adalah hulubalang yang menyandang gelar Pedang nan Panjang. Kampung Pariangan dan Padang Panjang semakin hari semakin ramai, dan kedua kampung ini dibawah hukum niniak Sri Maharajo dirajo.
Pada suatu hari bermusyawarahlah segala isi kampung Pariangan dan Padang Panjang untuk mendirikan sebuah Balairung tempat raja duduk menghukum (memerintah) beserta orang besar lainnya Datuak Suri Dirajo, Cateri Bilang Pandai yang bernama Indra Jati. Balairung itu didirikan didalam kampung Pariangan, dihiasi dengan lapik lalang.
Ruangan hanya sebuah saja sehingga sampai saat ini disebut orang Balai Saruang. Disitulah tempat niniak Sri Maharajo dirajo dan orang orang besarnya menghukum waktu itu.
bersambung, insyaallah

Jumat, 08 Agustus 2008

pengertian

gampang banget mendengar dan membaca ungkapan2 kekecewaan dan kekesalan terhadap kinerja aparat. Sehabis subuh kita disuguhi sarapan berita2 yang “mengajak kita” untuk kecewa, judulnye sih “kritikan”. Koran pagi ga mau kalah, “kritikan” bertebaran sesuai selera pemilik media. Belum lagi kalo dengerin obrolan di warung atau di pasar, oke banget tuh, saingan ama analisa pakar di tipi. Hmm..itu tandanya masyarakat udah cerdas kan……

Sekarang mari kita liat hasil kerja aparat dari sisi lain, dari keseharian kita sebagai rakyat biasa. Kita liat betapa pengertiannya aparat terhadap kebutuhan rakyat. Biar gampang, kita ngobrolnya sepanjang jalan kenangan aja ya….dari rumah ke kantor dan dari kantor ke rumah.

Ada yang biasa lewat jalan Tegal Parang Utara? Dari ujung jalan ini sampai bbrp ratus meter dibikinin parkir khusus. Pinggir jalannya di cor tinggi bbrp sentimeter selebar satu mobil sehingga warga bisa memarkir mobil dengan tenang. Bisa aja karena jalan ke rumah pemilik mobil tidak dapat dilewati mobil atau bisa juga karena kamar tidur mobil yang udah penuh. Ada juga mobil sewaan untuk angkutan barang. Sepanjang parkiran ini diselingi pot bunga besar, warung dan parkiran bengkel. Kita bisa liat betapa pengertiannya pemerintah ama rakyat pemilik mobil ini. Walaupun kasian juga sih pejalan kaki yang harus saingan ama mobil dan motor, semoga segera ada kebijakan yang pengertian terhadap kebutuhan para pejalan kaki ini, semoga segera dibikin trotoar untuk mereka, supaya bisa berjalan dengan aman dan nyaman tanpa waswas dapat ciuman dari mobil or motor dari belakang ;-)

Itu tadi gambaran betapa perhatiannya pemerintah terhadap pemilik mobil. Sekarang giliran sepeda motor, kita ambil sampel dikit aja, jalan Gatot Subroto dari gedung SME,sCo sampai PMI. Pagi hari, saat semua butuh cepat, jalan Gatot Subroto seperti tidak menyisakan ruang untuk sebuah kenyamanan, semua serba terburu-buru di dalam balutan asap dan debu. Yang di mobil pribadi sih ga masalah, nyaman bos, full music lagi. Yang di angkot? Semoga mereka cukup tabah dan kuat di dalam bus yang demikian padat (tapi kalo ada calon penumpang, kondektur ngakunya masih kosong hehe...) plus asap yang menyusup ke dalam bus, plus copet,...duh.... Para bikers? Nha..ini dia, paru2 sih ga masalah, tahan segala kondisi. Tapi jumlah kendaraan yang semakin banyak membuat GatSu kelihatan semakin kecil aja, ini baru jd masalah bagi bikers, ups..tunggu dulu, setiap masalah pasti ada solusinya. Di sebelah kiri kan ada jalan yang sepi tuh, yang di beton itu tuh, nah, pindah jalur, beres deh, bisa tancap gas lagi. Kaget juga, kok tiba-tiba ada motor di depan, waah..jalan kaki disini harus ekstra ati-ati juga nih. Eh, ada aparat berseragam biru tuh, iseng ah nanya apa sekarang ada jalur khusus bikers? Mau tau jawaban beliau? Gini: yaa..gimana lagi mas, ga bisa dilarang sih... cappee deee.... Tapi, sekali lagi kita liat betapa pengertiannya aparat terhadap rakyat bikers. Semoga masih ada kesempatan mikirin pejalan kaki.
Nah, dengan contoh diatas, masihkah dianggap aparat ga mikirin rakyatnya?....
Masih??? Ya udah, EGP lah yaw.... ;-D ternyata lebih gampang mengkritik, karena disengaja atau tidak, banyak tindakan kita yang menzalimi hak orang lain yang bahkan seperti direstui oleh penguasa, jadi..mari mulai disiplin, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal2 kecil, mulai dari sekarang...pesan Aa Gym....


Juli 2008
ARA StRoM

Kamis, 07 Agustus 2008

for the first time

hmm...akhirnya nge-blog juga ;-)
baru belajar nich, ntar plizz masukannya ya.
pokoke the show must go on, bgitu pesan om Queen.
salah-salah dikit mah cuek aja, humans beinglah kata mas van halen

btw, thank's to henie & indra yg ngusulin bikin blog
unchu, thank's 4 discussion


let's get the rocked