Rabu, 29 Oktober 2008

rahasia-rahasia kecil untuk kopi lebih nikmat

pengen merasakan nikmatnya secangkir kopi? berikut tips untuk menyajikan kopi yang lebih nikmat. Ditulis oleh Diyah Triarsari dalam majalah seri gaya hidup sehat, “a passion of coffee” ..........
jangan biarkan kopi tubruk lebih dari 20 menit
flavor kopi yang nikmat akan lenyap begitu saja bila didiamkan lebih dari 20 menit. Ingin lebih nikmat lagi? Beli biji kopi yang sudah dipanggang. Grind atau giling ketika akan diminum.
Anda bisa minta para barista di kedai kopi untuk menggilingnya. Namun, jangan biarkan kopi giling itu lebih dari 7 hari. Rasanya pasti sudah berkurang dan sudah tidak nikmat lagi.

jodoh ideal minum kopi
sesuaikan maknan kecil dengan jenis kopi yang anda minum. Kopi Amerika Latin, pilih kudapan berupa cake cokelat karena kopi Latin beraroma cokelat. Kopi Indonesia paling cocok dipadukan dengan kacang tanah atau singkong goreng.
Memang kopi Indonesia berjodoh dengan makanan yang bahannya ditumbuhkan di dalam tanah, sehingga beraroma tanah sangat kuat. Pasalnya, kopi Indonesia beraroma tanah habis disiram hujan. Pilih buah-buahan atau cake rasa buah-buahan untuk kopi dari Afrika yang beraroma bunga dan buah.

penikmat kopi sejati tidak merokok
kopi adalah komoditi yang sangat sensitif. Aroma kuat disekitarnya akan mempengaruhi aroma dan rasanya. Contohnya disekitar biji kopi ada durian yang baunya sangat menyengat, aroma dan rasa kopi itu akan sangat kental seperti durian.
Bau asap rokok pasti akan merusak aroma dan rasa kopi. Kesegaran biji kopi juga akan berkurang gara-gara bau rokok. Karena itu, seharusnya kopi dinikmati tanpa rokok.

disimpan seperti obat
lemari es bukanlah tempat ideal untuk menyimpan kopi. Sebab, biji kopi akan menyerap rasa dan aroma bahan makanan lain yang ada di lemari es. Tempat ideal untuk menyimpan biji kopi agar terjaga kenikmatannya adalah tempat yang bersih, kering, tertutup rapat, sejuk dan gelap.

dua sendok makan untuk 200 ml air
kualitas secangkir kopi juga ditentukan oleh air. Air yang bau dan berasa kaporit jelas akan merusak knikmatan kopi. Gunakan air bersih dan dingin sebelum dimasukkan ketel untuk menyeduh kopi.
Masukkan ke dalam cangkir dua sendok makan kopi bubuk untuk setiap 200 ml air mendidih. Aduk campuran air dan bubuk kopi sebelum disajikan agar minyak yang terdapat didalam kopi tercampur. Hasilnya, dijamin nikmat.

lebih baik dimasukkan ke termos
kelebihan kopi panas sebaiknya jangan terus-menerus dihangatkan dalam mesin pembuat kopi. Segera masukkan ke dalam termos. Membiarkan kopi dihangatkan terus-menerus sama seperti memanggang daging ayam di atas api terus-menerus. Daging jadi terlalu lunak dan tak enak.

disadur dari:
seri gaya hidup sehat
“a passion of coffee”
Hal 47-49
Penulis: Diyah Triarsari

Selasa, 28 Oktober 2008

VC

28 oktober 1999 selamat ulang tahun VC 28 oktober 2008
"when love and hate collide"

Jumat, 17 Oktober 2008

Alam Minangkabau (04)

Di download dari : www.cimbuak.net
Disadur oleh: Dewis Natra
Sumber : Buku Curaian Adat Minangkabau
Penerbit : Kristal Multimedia Bukittinggi
Written by Ibrahim Dt. Sangguno Dirajo
Friday, 06 August 2004

VI. Datuak Katumanggungan, Datuak Perpatih nan Sabatang, dan Datuak Sri Maharaja Nan Banaga Naga.

Menurut bunyi Tambo Alam Minangkabau dan curaian orang tua tua, setelah dewasa anak niniak Sri Maharajo dirajo yang bernama Sutan Paduka Besar dan anak anak Cateri Bilang Pandai bernama Sutan Balun dan Sikalab Dunia, atas kesepakatan anak nagari Pariangan Padang Panjang dan anak nagari Sungai Tarab, diangkat menjadi penghulu.
Sutan Paduka Besar bergelar datuak Katumanggungan, Sutan Balun bergelar Datuak Parapatiah Nan Sabatang, dan Sikalab Dunia bergelar Datuak Sri Maharaja nan Banaga naga.
Beliau beliau itulah penghulu niniak kita, yang sangat cerdik pandai, lubuk akal lautan budi, lagi keramat ketiganya. Beliau bertiga menata adat lembaga untuk kita orang Alam Minangkabau.
Kata ahli adat, setelah Sutan Balun diangkat jadi penghulu, beliau pergi berlayar keluar Pariangan Padang Panjang, hendak pergi tamasya ke pulau Langgapuri(Serindip Cylon).

Dalam perjalanan kembali pulang, ditengah lautan beliau mendapat sebatang kayu yang berisi lengkap didalamnya segala perkakas untuk pertukangan seperti kapak, lading, pahat dan perpatih. Oleh sebab itu dia digelari Datuak Perpatih Nan sabatang Kayu, kemudian ditetapkan dengan Datuak Perpatih Nan Sabatang saja.
Adapun kayu yang berisi alat perkakas ditemukannya itu berasal dari peninggalan nabi Nuh. Perkakas itu diletakkan orang dalam lobang sebuah pohon kayu dan hanyut ke laut.
Dengan karunia Allah kayu itulah yang didapatkan oleh Datuak Parapatiah Nan Sabatang. Benar atau tidaknya cerita ini wallahu 'alam.

Diceritakan kembali, sesudah niniak yang bertigaitu diangkat orang jadi penghulu, semenjak itulah beliau berusaha mencari ikhtiar memperbaiki nagari dan memperluas jajahan di tanah Alam Minangkabau serta berusaha membuat bermacam macam aturan adat lembaga yang akan dipakai orang didalam Nagari yang telah beliau dirikan itu, untuk penjaga kesentosaan dan keselamatan orang yang berada didalam nangari.
Adat lembaga yang beliau tinggalkan menjadi pegangan bagi masyarakat Minangkabau sampai sekarang, adat lembaga itu amat baik dan sempurna aturannya, tidak dapat disanggah oleh jauhari pun, mempunyai akal budi yang sempurna. Bila ada orang yang merubah atau merusak warisan beliau itu, tak dapat tidak pastilah mendatangkan kesusahan dan kerugian besar bagi dirinya serta bagi segala orang di dalam nagari sampai kepada anak cucunya.

Kamis, 16 Oktober 2008

Indonesia, harapan itu masih ada

Semalam nonton Soegeng Sarjadi Forum di Q-TV, forum diskusi yang selalu menampilkan narasumber yang kompeten di bidangnya. Judul yang dibawakan adalah ”ekonomi Amerika, ekonomi dunia dan ekonomi Indonesia, Quo- Vadis” dengan nara sumber Bpk Siswono Yudohusodo (pengusaha dan mantan menteri), Bpk.Putu Gede Ary Suta (Chairman Ary Suta Centre dan mantan Kepala BPPN), Bpk.Djamester.A.Simarmata (Dosen FE UI) dan Bpk.Hendrawan Supratikno (pengamat ekonomi dan manajemen). Judul ini diangkat berkaitan dengan krisis ekonomi yang melanda AS dan berdampak ke seluruh dunia.

Tulisan ini tidak akan membahas topik berat ini tapi sangat tertarik dengan pemaparan Bapak Siswono yang menyatakan optimis dengan masa depan Indonesia. Beliau memaparkan hasil penelitian bahwa Indonesia menduduki peringkat 1 sampai 6 besar dalam produksi berbagai hasil alam, petanian dan perkebunan seperti kelapa sawit, emas, lada hitam, dan lainnya. Dengan potensi besar itu Indonesia seharusnya bisa kuat dan bertahan dari pengaruh krisis negara lain.

Namun, walaupun memiliki ”prestasi” demikian, posisi Indonesia tetap saja lemah dalam perekonomian Internasional. Pasar dikuasai oleh perusahaan besar dari Eropa dan Amerika. Dengan kekuatan finansial yang besar, mereka memiliki stok hasil pertanian/perkebunan untuk satu tahun, dengan cara itulah mereka mengandalikan supply agar harga selalu pada tingkat yang mereka inginkan. Sementara Indonesia hanya fokus pada maksimalisasi ekspor. Bapak Siswono memberi masukan agar pemerintah memiliki strategi yang lebih memihak pada petani, salah satunya (disampaikan secara ekstrim) adalah dengan menghentikan ekspor selama satu tahun dan hasil pertanian dibeli oleh pemerintah sebagai stok yang akan dilempar ke pasar pada saat yang tepat agar Indonesia bisa mempengaruhi harga Internasional.
Jadi dibutuhkan strategi dan kebijakan pemerintah yang benar-benar berpihak pada rakyat, dalam hal ini petani.

Dalam diskusi ini Bapak Siswono juga mengkritisi masyarakat Indonesia yang ”luar negri minded”. Padahal kulitas produk dalam negri tidak kalah dengan produk impor. Beliau menceritakan pengalaman pribadi dalam menjual produk jus buah. Produksi pertama diberi merek ”segar” namun gagal di pasar, produksi kedua diberi merek ”all season” dengan berbagai keterangan yang bernuansa impor yang ternyata laris di pasaran padahal produknya persis sama.

Jadi teringat postingan sebelumnya yang berjudul ”makanan daur ulang” yang membahas pemberantasan kemiskinan dengan meningkatkan produksi dalam negri yang diiringi perubahan mindset masyarakat Indonesia menjadi pencinta produksi dalam negri. Ternyata kita tidak perlu memindahkan pabrik susu dari New Zeland atau memindahkan kebun kentang dari Australia yang memakan waktu lama dan investasi besar. Kita mempunyai modal dasar yang sangat besar, yang dibutuhkan hanya keberanian pemerintah untuk mengalihkan keberpihakan dari berpihak pada kaum kapitalis menjadi berpihak kepada rakyat kecil.

Semoga tahun 2009 nanti kita memiliki pemimpin yang kuat dalam membela rakyat Indonesia, tidak hanya menjadi pengikut negara lain, pemimpin yang berani tampil beda seperti pemimpin Irak, Cina, Korea dan Venezuela. Bpk.Hendrawan Supratikno (salah seorang narasumber) menyebutnya sebagai pemimpin yang berani mengambil jalan yang jarang dilalui orang, karena jalan itulah yang terbaik untuk bangsanya.

Pak Sis, terima kasih atas pencerahannya

C H A N G E

change...!!!
ya...perubahan, bukan mo ikut2an Barrack Obama, tapi hasil evaluasi setelah 2 bulan nge-blog memang harus ada perubahan pada blog ini. Tadinya blog ini diartikan secara sederhana sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, so ego sentris banget, suka suka. ga mikirin kalo ada orang lain yang ikutan baca, jadi kalo ada yang mampir harus rela meluangkan waktu untuk bengong atau langsung cabut aja, kecuali para metallizer era 80-an, karena memang label2 blog ini mengambil judul lagu para rocker 80-an.
Harus diakui bahwa hidup tidak sendiri dan ada hal2 standar yang seharusnya gampang dipahami semua orang. Seperti halnya rambu2 / petunjuk jalan, label pada blog juga merupakan petunjuk bagi pembaca, jadi sebaiknya menggunakan istilah yang berlaku umum.
Dengan semangat itulah, akhirnya diputuskan bahwa penulisan label blog ini kembali pada istilah yang sudah umum.
changed...!!!

:ARAngkayomulia

Rabu, 15 Oktober 2008

gigi harits



selasa, 14 oktober 2008 ....pertama kalinya gigi susu Harits copot, ompong dech anak ayah hehehe.....
berarti anak ayah udah makin gede, hebat nih...

enggak kok, Yah, dari tadi abang segini-gini aja, ga tambah besar kok....jawab Harits

???

Selasa, 14 Oktober 2008

belajar dari Amerika

Satu per satu perusahaan besar Amerika bangkrut. Amerika Serikat, sebuah negara super power, dilanda krisis keuangan yang menjalar menjadi krisis keuangan global. Presiden George.W.Bush segera mengundang Partai Republik dan Partai Demokrat untuk membahas masalah yang sedang dihadapi. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Capres dari kedua partai, Barrack Obama dan John Mc Chain.
Mereka duduk bersama membahas masalah yang sedang dihadapi bangsanya. Melupakan sementara persaingan memperebutkan posisi Presiden. Peristiwa yang sangat kita dambakan terjadi di Republik ini, tokoh partai duduk bersama untuk membahas masalah bangsa. Terlepas dari apapun penilaian kita terhadap negeri ”uncle Sam” ini, kita angkat topi atas sikap negarawan mereka. Kepentingan bangsanya diletakkan diatas kepentingan pribadi maupun kelompok / partai.

Dalam sebuah diskusi Soegeng Sarjadi Forum di QTV, Bapak Siswono Yudohusodo mengatakan bahwa Indonesia harus berhenti menjadi ”negara partai”, semua posisi jabatan penting harus ditetapkan melalui persetujuan orang-orang partai (DPR) yang selalu diwarnai kepentingan pribadi dan partai, sehingga mengabaikan kepentingan bangsa.

Sebuah pelajaran berharga dari Amerika bahwa setiap keputusan dan pembahasan yang dilakukan oleh eksekutif, legislatif dan yudikatif haruslah dalam kerangka kepentingan dan keberpihakan pada rakyat, begitulah hakekat demokrasi.

ARAngkayomulia

Jumat, 10 Oktober 2008

episode introspeksi, chapter 1.0

suatu pagi ketika nganterin Harits sekolah, dari Gatot Subroto belok kiri ke arah Tebet Timur. seratusan meter dari belokan tadi ada perempatan, dari arah berlawanan ada motor yang dikendarai seorang ibuk dengan lampu sign kanan nyala. Walaupun pelan tapi tuh motor ga berhenti. Merasa lebih berhak duluan karena ngambil jalan lurus, hadirlah setan dengan judul "jengkel & kesal". Huh...dasar ibuk2, seenaknya aja, maunya duluan terus....ga sopan buanget .....

Tapi..ups...kok ada yang kedip2? ya ampun, ternyata setelah belok kiri dr gatot subroto tadi lupa matiin lampu sign kiri, pantesan si ibuk cenderung cuek, pasti dia pikir aku mau belok kiri, ke jalan yang searah ama dia.

waah...aku pasti lagi dikutukin ibuk2 nih, lampu sign kiri tapi kok malah lurus....
duh..maap deh buk.....
coba kalo sebelum marah2 bisa introspeksi dulu, kan ga perlu buang2 energi.....udah salah, marah2 lagi.. ;-(
yah..penyesalan emang datang kemudian.......semoga menjadi pelajaran

:ARAngkayomulia

Senin, 06 Oktober 2008

artis dan demokrasi

Reformasi politik telah membawa banyak perubahan. Antara lain membuka peluang yang semakin besar bagi warga negara untuk dipilih sehingga menambah alternatif pilihan bagi para pemilih. Salah satunya yang belakangan banyak mendapat sorotan adalah masuknya kalangan artis ke dunia politik praktis.


Sebenarnya fenomena ini bukanlah hal yang baru, telah lama artis diajak oleh parpol untuk menjadi anggota legislatif maupun hanya sebagai jurkam untuk mendulang suara rakyat. Namun reformasi telah membuka pintu lebih lebar bagi artis untuk berpolitik praktis. Dengan sistem pemilihan langsung, sekarang artis tidak hanya menjadi jurkam atau caleg, beberapa telah menggunakan haknya sebagai warga negara untuk dipilih sebagai pemimpin daerah, mereka ikut berkompetisi memperebutkan kursi kepala daerah, bahkan ada yang berhasil meraih suara terbanyak.

Tidak mengherankan, karena sebagai artis, mereka telah melakukan “kampanye” sekian tahun melalui hasil karya seni. Wajah mereka telah familiar dimata pemilih, walaupun kadang pemilih tidak mengenal nama aslinya. Misalnya para pemilih hanya tahu si doel, oneng atau iklan obat. Tidak dapat dipungkiri bahwa popularitas masih menjadi faktor penentu pilihan rakyat. Tidak banyak rakyat yang mau menyediakan waktu dan pikirannya untuk menganalisa atau sekedar tahu track record sang calon.

Sebenarnya tidak ada hal yang perlu dipermasalahkan karena artis juga manusia Indonesia yang mempunyai hak untuk dipilih. Karena pekerja seni adalah sebuah profesi, sama seperti profesi lain seperti dokter, akuntan, petani, pedagang dll. Tapi kenapa banyak orang yang sepertinya “keberatan” dengan fenomena ini? Mungkin tidak ada faktor tunggal, banyak hal yang menyebabkan orang berkesimpulan bahwa artis tidak layak untuk menjadi pejabat negara / daerah. Imej gaya hidup artis yang hura-hura, kawin cerai, modal popularitas doang dll. (sekarang dah ketauan kalo pejabat lebih parah lagi ya...)

Padahal, perkara hura-hura dan kawin cerai tidak hanya dominasi artis, hal yang bisa terjadi pada rakyat biasa, kita bisa lihat di sekeliling kita, bedanya adalah kehidupan artis diberitakan oleh media secara masif sepanjang hari.
Modal popularitas, ini merupakan modal yang besar dan beberapa artis telah melengkapinya dengan pendidikan formal dan pengalaman organisasi dengan menjadi “kader aktif” dari sebuah partai, sebagian bahkan meninggalkan dunia artisnya untuk konsentrasi di politik.

Tapi masih saja ada suara miring yang meremehkan kontribusi artis dalam berdemokrasi. Suara-suara tersebut tidak dapat sepenuhnya disalahkan karena dari sejumlah artis yang terpilih menjadi anggota legislatif ternyata tidak “bersuara” ketika di parlemen atau dari artis yang nyalon dalam pilkada ternyata ada yang belum punya track record sebagai pemimpin / organisator. Hal ini berimbas kepada artis yang benar-benar mempunyai kemampuan, yang bahkan meninggalkan dunia ke-artis-annya.

Bisa disimpulkan beberapa hal yang menyebabkan penilaian tersebut:
1. Pemberitaan yang tidak berimbang mengenai kehidupan artis.
Media cenderung memberi porsi yang besar untuk berita yang negatif dan bernilai sensasional, sementara berita yang mendidik justru tidak begitu mendapat tempat. Berita perceraian diekspos menjadi demikian heboh sementara pembahasan rumah tangga artis yang harmonis seperti tidak menarik. Atau pemberitaan artis yang yang merayakan wisuda sarjananya kalah menarik dari berita perayaan ulang tahun mewah.
2. Terkait dengan poin 1 diatas, pemberitaan pun dilakukan sepanjang hari menjejali pikiran penonton yang memang sudah suka gosip.
3. Hal tersebut diatas tidak terlepas dari sikap masyarakat yang cenderung men-generalisir permasalahan, cenderung menyamaratakan perilaku seseorang sebagai perilaku umum semua orang di kelompoknya, celakanya yang menjadi perhatian hanya perilaku yang negatif, sementara perilaku positif tidak pernah mendapat perhatian.

So, mari berpikir secara positif dan objektif. Benarkah artis tidak memiliki kualitas untuk menjadi pemimpin? Apakah popularitas sudah menjamin kualitas? Bahwa dalam mencari seorang pemimpin atau wakil rakyat yang dibutuhkan adalah komitmen untuk melayani rakyat yang dapat dinilai dari apa yang akan dilakukannya untuk rakyat (visi dan misi) jika terpilih, namun yang lebih penting adalah apa yang telah dilakukannya untuk rakyat (track record) selama ini.

ARA rangkayomulia